Ganjar Pranowo dan Prabowo Subianto disebut-sebut sebagai pasangan potensial untuk memenangkan Pemilu 2024. Menanggapi hal itu, Indikator Politik Indonesia Burhanuddin Muhtadi mengatakan bahwa keinginan sebagian pihak untuk menduetkan pasangan Ganjar-Prabowo sulit direalisasikan.
"Keinginan sebagian pihak untuk menduetkan Ganjar dan Prabowo Subianto itu akan menemui kegagalan," kata Indikator Politik Indonesia, Burhanuddin Muhtadi di program Metro Hari Ini Metro TV, Kamis (4/5/2023).
Hal itu dapat dilihat melalui survei-survei kredibel yang dirilis pada hari sebelumnya. Menurut Burhanuddin Muhtadi, survei itu menunjukkan ketidakpastian publik dalam memilih capres dan cawapresnya.
"Survei itu menunjukkan ketidakpastian siapa capres yang akan dipilih oleh publik, terbukti dari 3 nama teratas, selisihnya tidak ada yang dominan," ucap Burhanuddin.
Burhanuddin menilai bahwa ke depannya Ganjar dan Prabowo bukan lagi sebagai pasangan, namun akan menjadi duel di Pemilu 2024.
"Jadi yang terjadi bukan duet Ganjar dan Prabowo, namun duel Ganjar dan Prabowo," ujarnya.
Sebelumnya, enam ketum parpol berkumpul bersama Presiden Jokowi di Istana Negara, Jakarta pada, Selasa (2/5/2023) malam. Hal itu terjadi setelah poros koalisi semakin sulit ditebak.
Adapun wacana menduetkan Ganjar dengan Prabowo sudah muncul sejak lama. Hal itu jauh sebelum PDI Perjuangan mendeklarasikan Ganjar Pranowo sebagai bakal calon presiden.
Kendati demikian, Prabowo memberi isyarat untuk menolak ajak tersebut, lantaran dirinya sudah diberikan mandat oleh Gerindra. Sebab, secara kalkulasi politik bahwa Prabowo tentu akan rugi bila hanya menjadi pendamping Ganjar.
