Sebanyak 32 biksu dari Thailand berjalan kaki ke Candi Borubudur, Kabupaten Magelang, untuk memperingati Hari Raya Waisak. Perjalanan ini juga dikenal dengan Thudong atau perjalanan spiritual yang dilakukan oleh para bhante atau biksu dengan berjalan kaki sepanjang ribuan kilometer.
Tradisi thudong ini bertujuan untuk melatih kesabaran para biksu. Dalam melakukan perjalan tersebut, para biksu tidak menggunakan payung sehingga terkena panas sinar matahari hingga hujan. Bahkan, mereka hanya akan makan sebanyak satu kali setiap hari
Tradisi thudong yang dilakukan oleh para biksu tersebut untuk belajar bersabar, karena Sang Buddha mengatakan bahwa kesabaran adalah praktik dharma yang paling tinggi.
"Mereka benar-benar melatih dirinya luar biasa. Karena jalan sehari 25-40 kilometer dan makan hanya sekali dalam sehari. Tidak pakai payung," jelas YM Bhikkhu Dhammavuddho Thera.
Candi Borobudur yang menjadi tujuan Thudong ini merupakan peninggalan yang sangat identik dengan umat Buddha. Bagi umat Buddha, kunjungan ke tempat yang berkaitan dengan Buddha Dhamma menjadi penting. Karena itu, Menteri Agama menjadikan Candi Borobudur sebagai pusat ibadah umat Buddha seluruh dunia.
"Bapak Menteri Agama memberikan penegasan bahwa kita jadikan Candi Borubudur sebagai pusat ibadah agama Buddha baik dunia maupun Indonesia," kata Dirjen Bina Masyarakat Buddha Kementeria Agama, Supriyadi.
Kedatangan biksu dari Thailand, Malaysia, dan Singapura menjadi bukti awal daya tarik Candi Borobudur tidak hanya di Indonesia, tetapi juga luar negeri.