Aksi terorisme kembali terjadi. Kemarin, seorang pelaku bom bunuh diri meledakkan dirinya di Polsek Astana Anyar, Kecamatan Astana Anyar, Kota Bandung, Jawa Barat. Peristiwa ini menyebabkan seorang polisi tewas dan sejumlah lainnya terluka. Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo menyebut pelaku bom bunuh diri itu terafiliasi dengan kelompok terorisme Jemaah Ansharut Daulah (JAD). Kelompok ini bukan kali pertama menyasar aparat dalam aksi mereka.
Pada Oktober dua tahun lalu, anggota jaringan yang sama juga menyerang Menteri Koodinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan Wiranto dengan pisau saat kunjungan kerja di Pandeglang, Banten. Dua kasus itu menunjukkan bahwa jaringan ini terbilang nekat. Mereka berupaya menjangkau pihak-pihak yang dianggap representasi atau mewakili negara.
Hal ini juga menunjukkan bahwa radikalisme yang menjadi akar terorisme benar-benar nyata dan masih hadir di masyarakat. Sangat mengerikan. Mereka akan terus-menerus menebar ketakutan melalui aksi kekerasan. Bahkan, menurut Kapolri, pelaku bom di Polsek Astanaanyar, sebelumnya juga pernah ditangkap karena kasus bom Cicendo, Bandung. Hukuman yang dijalaninya selama empat tahun, termasuk di Nusakambangan, tidak membuatnya jera.
Berdasarkan data Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), setidaknya ada empat jaringan teroris yang kerap menebar ketakutan di negeri ini. Selain Jemaah Ansharut Daulah (JAD), juga ada Jamaah Islamiyah (JI), Jamaah Ansharul Khilafah (JAK) yang berhubungan dengan Islamic State, dan Mujahidin Indonesia Timur (MIT) yang berpusat di Poso, Sulawesi Tengah. Meski sebagian anggota mereka telah ditangkap, itu tidak menyurutkan upaya mereka untuk menyebarkan paham radikal berbasis ideologi kekerasan ini ke masyarakat.
Program deradikalisasi harus terus dilakukan dengan pendekatan yang bijak dan manusiawi, termasuk dengan merangkul keluarga korban dan pelaku. Harus terus ditanamkan bahwa jalan kekerasan bukanlah solusi untuk mengatasi ketidaksepahaman dalam menyikapi suatu persoalan. Dialog yang terbuka dan jujur harus terus-menerus dilakukan pemerintah, terutama dengan para bekas napi teroris ini.
Tokoh masyarakat, termasuk keluarga, juga jangan pernah mengucilkan mereka agar tidak kembali ke paham atau jaringan radikal sebelumnya, seperti yang terjadi pada pelaku bom bunuh diri di Polsek Astanaanyar kemarin. Ia lost contact dari keluarganya dan muncul kembali menjadi lone wolf dan menempuh jalan teror. Kita harus terus mewaspadai orang-orang seperti ini beserta jaringannya. Jangan pernah lengah, apalagi menyerah menghadapi terorisme.
Sumber:
Media Indonesia