Kepala Badan Komunikasi Strategis Partai Demokrat, Herzaky Mahendra Putra mencurigai bahwa Moeldoko berusaha mengagalkan kepemimpinan Agus Harimurti Yudhoyono (AHY). Lalu mencabut dukungan kepada Anies Baswedan di Pilpres 2024.
"Tegas dan jelas kalau berbicara pembegalan dari internal itu yang kami petanyakan. Demokrat jelas, dukungan kami saat ini solid dan utuh untuk Mas Anies Baswedan," kata Herzaky Mahendra Putra dalam Primetime News, Metro TV, Sabtu (3/6/2023).
Herzaky menyebut bahwa Moeldoko bukan kader Demokrat. Moeldoko tidak pernah menjadi kader atau pengurus Partai Demokrat.
"(Moeldoko) mendadak menjadi ketua umum, berarti ketua umum bodong menurut kami," ujarnya.
Kader Demokrat itu mempertanyakan apa yang mau didapatkan Moeldoko. Sebab langkah Moeldoko kental dengan nuansa politis.
"Kenapa Presiden masih mempertahan Moeldoko?," tanya Herzaky.
Herzaky bahkan mengaku bingung dengan adanya barisan kader Moeldoko. Pasalnya, semua kader yang mendukung Moeldoko telah dipecat.
"Berapa banyak kader Demokrat yang berada di Moeldoko. Saya ingin tanya, Pak Moeldoko, Bapak punya kantor DPP dimana? Pak Moeldoko, 34 DPD Provinsi, ada punya kantor atau pengurus? Dari 514 kabupaten/kota, Anda punya tidak pengurus atau kantornya?," ungkap Herzaky.
Sementara itu, Direktur Eksekutif Indikator Politik, Burhanuddin Muhtadi mengungkap bahwa dalam politik sulit untuk mengatakan kebetulan. Meski sulit dibuktikan, tetapi terlalu mahal ada kebetulan dalam politik.
"Politik itu selalu ada unsur rekayasanya, ada unsur skenarionya," kata Burhanuddin.
Menurut Burhanuddin, kemungkinan ada faktor kebetulan ketika Partai Demokrat mengusung Anies Baswedan sebagai Bacapres 2024 dengan masuknya Peninjauan Kembali (PK) oleh Demokrat versi Moeldoko.
"Dalam demokrasi, setiap partai punya hak untuk mencalonkan capres dan cawapres," ujarnya.
Burhanuddin memprediksi bahwa jika Moeldoko berhasil memenangkan PK di Mahkamah Agung, maka Partai Demokrat akan mencabut dukungannya kepada Anies Baswedan di Pilpres 2024.